Senin, 19 November 2012

Bunga Untuk Anak-Anak Gaza


Bunga ini kuberikan untuk kalian semua…Wahai anak-anak Gaza…
Bunga ini kupetik dari tangkai-tangkai doa yang terselimuti embun-embun kepedihan…
Bunga ini telah kusertai dengan bejana  berisi air mata keibaan..
Simpanlah disitu.. agar pengharapan dan ketabahan tetap terjaga..
hingga hari-hari kelam tiba pada batas penghabisan..

Wahai anak-anak Gaza….
Kutahu bunga bukanlah sebuah perisai pelindung..
Yang dapat menaungimu dari serbuan peluru jahanam…
dan menjagamu dari serpihan ranjau-ranjau pencabut nyawa

Namun lihatlah… bunga ini terdiri dari seribu warna…
Layaknya seribu umat yang ‘kan selalu menuntunmu dalam setiap pedihmu
Bunga ini pun menghembuskan wangi semerbak…
Layaknya hembusan ayat suci yang ‘kan menyelimutimu dari kejinya peperangan

Maka genggamlah bunga ini seerat keyakinanmu akan kedamaian…
Tetaplah melangkah dalam panji-panji perjuangan..          
dan Gaza-mu akan memancarkan kembali sinar-sinar kebahagiaannya
yang telah lama tertutup debu-debu keserakahan…

Jumat, 16 November 2012

Memilih

Memilih...
Memilih adalah perwujudan dari penciptaan manusia
Sebab manusia dilahirkan untuk memilih dan dipilih
Memilih untuk hidup di dunia fana ini
atau dipilih menjadi khalifah di dalam takdir hidupnya

Memilih adalah pekerjaan hati
bahkan seluruh urat nadi ikut berperan dalam hal ini
Sebab memilih dapat merubah perputaran waktu
atau membenamkan kemurkaan dan melahirkan kasih sayang

Memilih adalah tugas seribu tahun
Sampai nafas tak dapat lagi berhembus
atau kaki tak bisa lagi menapakkan jejaknya

Maka...peliharalah diri dan jiwa dalam sinar kebaikan
Karena kita akan terus memilih...
Hari ini..
dan esok hari..


Selasa, 13 November 2012

Hujan Membawanya Kembali

Bulan november akhirnya tiba
Dimana mentari tak lagi mendominasi...
dan awan mendung kembali menyelimuti
Pertanda rintik-rintik hujan kembali membasahi bumi

Ya...sang hujan kembali tiba...
Ia selalu datang dengan dawai-dawai kesyahduan
Membawa anganku pada kenangan musim lalu
Kenangan antara aku dan dia....
dimana kehangatan cintanya masih menyelimuti ruang-ruang hatiku

Hujan 'kan selalu membawa memori itu kembali
Saat kemesraan adalah bahasa antara aku dan dia...
dan saat kerinduan masih mempersatukan kita dalam satu ikatan..
ikatan yang kini telah sirna seiring musim hujan yang berlalu...

Hujan pun selalu mengharu biru...
Layaknya derai air mataku yang kembali berjatuhan...
dan luka di dalam hatiku yang seolah kembali tersayat
Saat kumencoba mengingat salam perpisahan diantara kita...

Hujan tak akan berhenti sampai disini
Ia akan semakin deras...
Jadi kan kusimpan kepiluan ini...
dan kembali menjalani hidupku
Tanpa dirinya...









Rabu, 07 November 2012

Ayo Memberi...


1,18 miliar orang di seluruh dunia hidup dengan pendapatan US$ 1.25 (+/- Rp 11.900) per hari, lebih dari 650.000 orang di negara-negara maju hidup tanpa tempat tinggal, sekitar 20 juta orang di Asia dan Afrika hidup dalam kelaparan, dan lebih dari 1,3 miliar orang dari seluruh belahan dunia hidup di bawah garis kemiskinan. Lalu pertanyaannya adalah Apa yang ada di hati dan pikiran kita? dan Apa yang harus kita perbuat?. Orang seringkali berkata " Saya merasa iba...", " Saya merasa kasihan..." atau  " Andaikan saja saya bisa membantu...". Namun hal itu hanyalah pernyataan-pernyataan normatif saja dan tidak akan mengubah apapun. Lantas apa yang harus kita lakukan? yang harus kita lakukan adalah apa yang harus kita perbuat saat ini. Untuk hal itu, maka Tuhan telah menggerakan manusia untuk menciptakan satu buah kata dan juga merupakan suatu bentuk tindakan yang niscaya akan merubah dunia ini menjadi lebih baik. Kata dan bentuk tindakan itu adalah Memberi.
Mengapa harus memberi? sebab memberi merupakan ciri bahwa manusia itu adalah manusia seutuhnya yang memiliki hati dan pikiran. Bahkan, hewan sekali pun telah mencontohkan tindakan memberi terhadap sesamanya, seperti seekor induk cheetah yang berusaha memberikan rasa sayang dan rasa aman kepada anaknya. Selain itu, tindakan memberi menjelaskan mengapa manusia disebut sebagai makhluk sosial, dalam artian manusia tidak bisa hidup sendiri dan membutuhkan orang lain di setiap aspek kehidupannya. 
Lalu bagaimana langkah pertama dalam tindakan memberi? yang pertama harus kita lakukan adalah saat memberi, renungkan apa yang ada di hati dan pikiran kita. Apakah kita memberi hanya untuk dilihat oleh seseorang guna mendapat pujian ataukah kita ingin suatu imbalan dan hadiah bagi diri kita sendiri ketika kita memberi. Hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak tepat , karena setidaknya ada tiga hal yang sepatutnya ada di dalam hati dan pikiran kita dalam memberi yaitu keikhlasan, kepercayaan, dan keyakinan. Keikhlasan, artinya kita memberi dengan perasaan yang tulus dan tidak mengharap imbalan apapun apalagi suatu ketenaran. Kepercayaan, artinya kita harus percaya bahwa pihak-pihak dimana kita mendonasikan pemberian kita, akan memanfaatkan bentuk donasi tersebut dengan baik. Sebab, terkadang kita seringkali menjudge pihak-pihak tertentu yang meminta donasi terhadap kita sebagai tindakan penipuan, namun apakah kita telah memberikan penilaian yang benar dan objektif ?. Selanjutnya adalah keyakinan, yakinlah bahwa sekecil apapun pemberian kita, mampu memberikan dampak positif yang signifikan. Dengan begitu, semangat memberi kita tidak akan mudah luntur dari hari ke hari.
Lalu bagaimana langkah selanjutnya? Tentukan bentuk pemberian apa yang kita inginkan dan kita mampu untuk berikan. Memberi bukanlah suatu hal yang sulit, bahkan merupakan bentuk kebaikan yang paling mudah kita laksanakan. Pemberian itu dapat berupa donasi harta, donor darah, tenaga, pemikiran dan inspirasi, nasihat, kasih sayang dan perlindungan,membersihkan lingkungan sekitar, melaksanakan penghijauan, bahkan senyum hangat serta sapaan ramah juga merupakan pemberian yang sangat berarti. Misalnya saja dalam hal donasi harta, seringkali kita memiliki perasaan sayang jika harus mendonasikan harta kita bahkan untuk kepentingan orang lain ataupun perubahan dunia ke arah yang lebih baik. Kita seringkali takut harta kita berkurang jika kita menyumbangkan sebagian harta yang kita miliki, padahal hal itu sama sekali tidak benar. Tidak pernah ada berita yang mengabarkan bahwa orang yang mendonasikan hartanya jatuh miskin dan menderita, Bill Gates saja mendonasikan lebih dari seluruh hartanya yaitu US$ 58 milyar, masih tercatat sebagai salah satu orang terkaya di dunia. Di Indonesia contohnya, kisah seorang nenek yang berkurban dua ekor kambing sangatlah mengharukan, bayangkan saja di saat umurnya telah menginjak usia senja,penghasilannya yang pas-pasan, serta rumahnya yang sangat jauh dari kata sederhana, Ia mampu menyisihkan hartanya untuk membeli dua ekor kambing kurban. Oleh karena tindakannya tersebut, maka berbagai pihak pun bersimpati, mereka memberi sang nenek sejumlah harta benda untuk keberlangsungan sang nenek di masa yang akan datang. Memang, ketika kita berdonasi kita tidak akan langsung menerima manfaat dalam bentuk nyata, tetapi ada satu hal positif yang dapat langsung kita rasakan ketika memberi dengan hati dan pikiran yang sempurna, yaitu perasaan gembira dan bahagia. Apakah materi dapat memberikan kegembiraan dan kebahagiaan yang utuh? Bukankah Kegembiraan dan Kebahagiaan hakiki berasal dari dalam hati?.
Terakhir adalah bagaimana langkah kita selanjutnya setelah kita memberi. Memberi perlu ketetapan hati, ketetapan hati memerlukan komitmen, dan komitmen itu bersifat seumur hidup. Sebab kemiskinan dan penderitaan banyak orang di seluruh dunia tidak akan hilang dalam 40 atau 50 tahun mendatang. Oleh karena itu komitmen terhadap diri sendiri merupakan hal yang sangat penting.
Dengan pemberian yang berkelanjutan maka kemiskinan dapat dikurangi, kelaparan dapat dihindari, tidak ada lagi tunawisma, dan dunia yang lebih baik serta lebih sejahtera dapat kita wujudkan.
Jadi tunggu apalagi,, Ayo Memberi......


“It's not how much we give but how much love we put into giving.”
 Mother Teresa


Minggu, 04 November 2012

Musim Gugur 1998...


Di Musim gugur 1998...
Saat matahari mulai memerah di sebelah barat...
dan daun-daun  pohon aspen yang masih berjatuhan sedari senja menjelang
Lelaki tua terpaku di kursi pengharapan...
Menunggu masa lalu...merajut masa depan

Di musim gugur 1998...
Saat riak sungai pinggir kota bagai menyuarakan desir-desir kerinduan...
dan nyanyian sepasang merpati bagai menandakan kemesraan dan kecintaan
Lelaki tua memegangi tongkat kayu rapuhnya...
Erat....Rapat..
Bagai terlilit takdir kehidupan selama berpuluh tahun silam

Di musim gugur 1998...
Di saat mentari tak lagi menyapa....
dan rembulan berdiri tegak dengan kuasa cahayanya...
Lelaki tua berdiri pasti...
Ia menatap lurus musim dingin yang datang menjelang...
Namun langkahnya tertatih menjejak musim panas sebulan yang  lalu

Di musim gugur 1998...
Lelaki tua pergi pulang
Ia menangis dalam kehampaan...
Ia ringkih dalam keraguan